Bab 02
18 Dec, 2024,
No comments
"Papa! Lihat!" Teriak Louis dari dalam kamar.
Papa yang mendengar suara teriakan Louis dengan panik berlari menghampiri Louis.
"Ada apa Loui!" Teriaknya tak kalah kencang.
"Lihat papa.. Taling Louis hilang dan mata Loui juga tidak melah" Louis dengan antusias memberitahukan kabar kembira kepada papa nya.
"Hah... papa kira Loui kenapa-napa. Lain kali jangan berteriak ya, sayang. Papa kaget" Papa mendekat dan melihat dengan teliti wajah sang anak.
"Loui Benar, sekarang papa minta coba Loui Munculkan kembali taring Loui"
Louis yang mendengar permintaan sang papa menutup mata mencoba fokus dengan dahi yang mengkerut.
Setelah beberapa saat, Louis membuka matanya dan terlihatlah mata merah darah.
"Lihat, Loui sudah bisa mengendalikannya kan, papa?" Tanya nya dengan nada sombong.
"Iya Loui benar. Hebatnya anak papa" puji sang papa.
"Jadi kalena Loui sudah bisa mengen dalikannya, kenapa kita tidak pindah papa? Loui pengen cepat cepat ketemu daddy dan kakak" Lagi-lagi Louis bertanya dengan antusias nya.
"Kita tunggu 1 mingguan lagi ya sayang. Jika benar kamu sudah mengendalikannya maka kita pindah. Sekarang kamu bebas bermain di luar tapi, ingat jangan terlalu jauh. Dan jangan lupa pakai Sunscreen" Jelas sang papa.
"Baiklah, Loui menulut saja. Kalau gitu Loui akan belmain sepuasnya sebelum Loui pindah nanti. Hehehehhe" Dengan semangat Louis berlari ke kamar mandi berniat mandi terlebih dahulu.
"Loui benar-benar sangat mirip dengan mu, mas" gumam papa.
Papa beranjak dari sana dan melanjutkan hal yang ia lakukan sebelum menghampiri anaknya tadi.
"Papa, Loui pamit kelual ya!" Teriak Louis sembari berlari keluar dari rumahnya.
"Ingat pesan papa tadi, jangan terlalu jauh" balas sang papa tak kalah kencang dari teriakan Louis.
"La~ La~ La~ Laaa~" Louis berjalan sembari bersenandung dan sesekali melompat ringan.
Ia berhenti sebentar "Em.. kemana yaa..?" Ucapnya dengan jari telunjuk di dagu berpose seolah sedang berfikir keras.
"Loui balu peltama kali main tanpa papa. Loui bingung" ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi, karena masih pagi lingkungan di sekitarnya terlihat sepi dan kebanyakan anak² seumuran nya tengah berada di TK.
"Hiks.. hiks.. sakit..."
Louis kembali menoleh ke segala arah kala mendengar suara seseorang menangis.
"Kok selem yaa" ucapnya
"Sakit... hiks... sakit"
"Tuh kan.. Loui dengel lagi sualanya" gumam Louis
Saat hendak berlari meninggalkan tempat itu, matanya tak sengaja menemukan sosok yang sepertinya seumuran dengannya. Anak itu tengah menangis sembari memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya di atas tangan yang memeluk lutut di bawah sebuah pohon besar yang rindang.
Louis ingin menghampirinya tapi di sisi lain ia juga ketakutan.
"Apa Loui halus ke sana?" Tanya nya entah kepada siapa.
Membulatkan tekadnya, Louis berjalan perlahan menghampiri anak itu.
"Hiks.. hiks.."
"Ohh olang telnyata, Lui kila hantu" gumam Louis saat sudah berada di dekat sosok yang tengah menangis.
Anak itu mendengar gumaman Louis, ia pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Louis dengan mata berair dan hidung yang memerah.
"Kamu.. hiks.. siapa?" Tanya anak itu dengan sisa isakannya.
"Lui?" Tunjuk Louis pada dirinya sendiri.
Anak itu pun mengangguk membenarkan pertanyaan Loui.
"Lui adalah Lui" Jelas Louis.
"Kalo kamu? Kenapa menangis disini? Sendilian lagi" Tanya beruntun Louis.
"Tadi.. hiks.. orang-orang pada mukul ian padahal ian tidak salah apa-apa hiks.." jelas anak yang memanggil dirinya sendiri dengan sebutan ian itu.
"Telus apalagi?" Louis yang masih penasaran bertanya kembali.
"Meleka bilang ian monstel yang makan olang"