Bab 21
26 Jan, 2025,
No comments
"Bagaimana?" Tanya Barra."Kata bokap gue suasana perusahaan lagi tegang banget dan tuan Edward sudah beberapa hari ini gak masuk" jawab Kai dengan menatap mereka semua.
"Kayaknya itu masalah internal, lebih baik kita gak usah cari tau lebih dari ini. Kita tunggu aja dan tanyakan langsung ke Athala" Nadya.
"Itupun kalo athala mau jawab" Jeffry.
"..." mereka semuanteriam saat mendengar perkataan Jeffry yang kelewat ngena itu.
"Eh, Ngomong-ngomong gue aja yang ngerasa atau kalian juga sama?" Kai yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Apa?" Barra yang mengerti isyarat Kai.
"Itu, Athala sama Athael sebenarnya saudara kembar yang kepisah gak sih? Liat aja dari namanya terus muka mereka, kalo masalah badan sama warna rambut emang beda tapi mata mereka terus wajah mereka tapi kalo Athala emang lebih maco gak sih?" Kai menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya.
"Lo bener, gue kira cuma gue yang merhatiin kayak begitu" Barra yang setuju, karena ia juga merasakan hal yang sama.
"Gue juga, tapi gue rasa mereka berdua emang udah tau deh. Cuma pura-pura gak tau aja" Nadya yang mulai masuk kedalam obrolan mereka.
"Anjir kok kehidupan mereka banyak teka-teki banget, segini aja gue masih bingung" Frustasi Kai yang memulai percakapan dengan niat mengalihkan topik malah jadi kepikiran sendiri.
"Udahlah, jangan terlalu ikut campur urusan orang. Nanti lo pada kena akibatnya apalagi Athala yang notabennya pewaris Perusahaan keluarga D.Vincent" Jeffry menghentikan percakapan mereka.
"Tapi, Athala kan temen kita-" Barra memberikan alasannya.
"Terus apa Athala juga nganggep kita temen?" Jeffry memotong perkataan Barra dengan pertanyaan yang tak bisa di jawab siapapun yang ada di sana.
"..." Lagi-lagi mereka semua terdiam karena tak tahu harus berkata apalagi.
Mereka fikir apa yang Jeffry katakan tidak semuanya salah, karena memang selama ini Athala tidak mengatakan apapun tentang dirinya. Bahkan tentang ia yang seorang keturunan D.Vincent saja itu dari Kai yang ayahnya seorang bawahan langsung Edward D.Vincent di Perusahaan.
Mereka hanya berada dalam geng yang sama yaitu The Lion King yang didirikan Athala sendiri. Entahlah yang jelas mereka mulai meragukan apakah mereka sama pentingnya di hati athala seperti mereka menganggap Athala sendiri?
Pertanyaan ini akan terus bermunculan sebelum athala sendiri yang datang dan menjawabnya.
Diatas sebuah ranjang yang ada di salah satu ruang rawat inap rumah sakit, athael masih terbaring lemah dan lagi-lagi tak sadar kan diri. Dari luar ruangan terlihat jelas Nathan, Edward dan bahkan Athala duduk dengan gelisah karena dokter masih tidak memperbolehkan mereka untuk masuk.
Edward dan Athala sempat memaksa ingin masuk sebelum dokter menghentikannya dan menjelaskan jika mereka memaksa masuk yang terkena akibatnya adalah athael.
Hari ke hari terus berlalu, mereka bertiga bergantian melihat keadaan athael di setiap harinya. Entah Nathan yang datang pagi, Athala yang datang siang dan Edward yang datang di malam hari. Kadang Athala dan Edward datang bersama di malam hari.
Setelah mengulang hal itu terus selama 5 hari berturut-turut, akhirnya Athael mulai bangun dan menjalani test lain yang di perlukan untuk kestabilan Feromone nya.
Karena kejadian penculikan itu yang memaksanya mengendalikan Feromone dan membuat Athael kini sudah mulai bisa mengendalikan Feromone nya dengan bantuan Pheromone Neutralizer—semacam obat yang digunakan seperti parfum.
"Papa?" Panggil Athael saat melihat sosok Nathan yang perlahan masuk.
Nathan tersenyum tapi dengan mata yang berkaca-kaca, ia berlari menghampiri Athael dan segera memeluknya.
"El, ma-maaf.." Ucap Nathan dengan susah payah karena menahan tangis nya.
Athael membalas pelukan Nathan dengan semua tenaga yang ia punya. Membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu sebelum netranya melihat sosok lain yang membuka pintu dan membeku disana.
"Al?" Panggilnya dengan terkejut.
Nathan menghapus air mata yang menetes ke pipinya dan melepaskan pelukannya dari Athael. Ia melihat kebelakang dimana terlihat satu lagi anaknya yang lain.
"Kemarilah, Al" Panggil Nathan.
Athala tersadar dari keterkejutan yang membuatnya membeku disana. Berjalan perlahan dan menubruk kan dirinya ke dalam pelukan Athael.
"Jangan sakit" Kalimat pertama Athala yang di dengar Athael setelah lama tidak bertemu.
"Hemm" balas Athael yang mengeratkan pelukannya.
Pelukan itu cukup lama seolah menyampaikan betapa saling merindukan nya mereka dan Nathan yang berada disana pun hanya bisa memaklumi nya. Dunia benar-benar berasa milik mereka berdua bahkan Edward yang baru saja datang tak menghentikan aktivitas mari saling memeluk mereka.
Setelah puas, akhirnya mereka melepaskan pelukannya.
"Loh A-ayah?" Untuk kesekian kalinya Athael terkejut. Mau bagaimana lagi? Semua orang yang dulu mustahil bersama kini tengah berada di dalam satu ruangan.
'Berapa banyak yang gue lewatkan?' Batin Athael.
"Ka-kalian semua?" Ucap Athael menatap mereka satu persatu.
"Ya apa yang kamu fikirkan itu benar" Tanpa basa-basi lagi Nathan menjawab membenarkan fikiran Athael.
"Impian mu selama ini telah terwujud, El" Tegas Nathan saat melihat Ekspresi ragu Athael.
Untuk kedua kalinya athael menatap mereka, melihat apakah ada kebohongan yang terlihat di mata mereka. Karena masih merasa jika itu mimpi dia mengangkat tangannya untuk mencubit pipinya.
"Ughhh" leguhnya saat merasakan rasa sakit di pipi yang baru saja ia cubit sampai merah itu.
"Al.. jawab aku, i-ini bukan mimpi kan?" Tanya Athael lagi memastikan.
'Mimpi apa gue saat itu, sampai kebahagiaan datang tiba-tiba saat ini?' Batin Athael.
Athael menatap Athala menagih jawaban yang sudah pasti. Tapi saat Athala berbicara mata Athael menangkap sosok makhluk yang melayang tepat di belakang Athala.
'Serigala kecil itu.....'
"Selin?" Gumam Athael.
Selin yang berada dalam sosok anak Serigala mengisaratkan athael untuk diam dan melayang ke arah pangkuan athael.
[Diamlah, hanya kamu yang bisa melihat ku. Lebih baik kamu dengarkan mereka] Selin mentransmisikan suaranya lewat pikiran atau biasa di sebut telepathy.
Athael tersadar dan mulai melihat kembali Athala. Di sisi Athala, ia telah memanggil Athael dari tadi namun tidak di gubris. Hal itu membuat semua yang ada di sana termasuk Nathan dan Edward panik hingga memanggil kembali seorang dokter.
"El? Ada apa? Apa ada yang sakit? Bilang sama papa bagian mana yang sakit?" Tanya beruntun Nathan yang panik.
"Cepat periksa" Perintah Edward kepada dokter yang baru saja datang setelah berlarian itu.
"Ti-tidak. El baik-baik saja Papa, Ayah, Al. El hanya terkejut jika impian El akhirnya terwujud juga. El kira butuh waktu yang lama untuk mewujudkan nya" Ucap Athael dengan senyum bahagia.
"Cepat periksa" tekan Edward lagi saat melihat dokter di ruangan itu hanya diam saja.
"Ta-tapi, el-" Ucapan Athael terpotong oleh Nathan yang menjelaskan.
"Tidak apa, Ayahmu hanya khawatir dengan keadaan Mu jadi biarkan saja agar ia tenang" Dengan senyum lembut yang terpatri indah dibibirnya.
Akhirnya Athael hanya pasrah melakukan pemeriksaan lagi sampai Edward benar-benar yakin jika tidak terjadi apa-apa dengan Athael. Setelah pemeriksaan itu, Athael pun di perolehan untuk pulang keesokan harinya.
'Terimakasih atas kesempatan keduanya, Selene'