Bab 20
20 Dec, 2024,
No comments
"Sudah berhari-hari, mereka berdua tidak sekolah. Gue tau kalo athael sakit tapi kenapa athala juga ikutan gak sekolah" Bingung Kai.
"Kali ini gue setuju sama lo" Balas Barra.
"Em.. Coba lo chat Jeff" usul Nadya.
"Udah gue chat dari kemaren tapi kagak di bales, kayaknya dia lagi sibuk sama sesuatu deh" Jawab Jeffry.
Mereka berempat sedang berada di kantin sekolah, sambil menunggu pesanan datang mereka berdiskusi tentang ketidak hadiran Athala dan Athael.
"Bokap lo kan sala satu orang kepercayaannya om Edward. Coba lo Tanya apa ada masalah di perusahaan" Usul Nadya lagi tapi kali ini ke Kai.
"Eh iya juga ya. Pulang sekolah nanti gue tanyain deh, kalo sekarang gue takut ganggu" balas Kai.
"Pesanannya udah dateng, makan dulu" ucap Jeffry menghentikan pembicaraan.
Disisi lain.
Athala tengah berada di kamarnya, ia duduk di sofa dengan mata yang melihat ke arah sebuah foto di atas meja di depannya.
'Abang harus cari kamu kemana lagi, El'
Athala bersandar ke sofa menutup matanya dan terhanyut kedalam pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat seperti itu, athala tiba-tiba berdiri seolah menyadari sesuatu.
"Tunggu" Gumam athala mengambil Foto yang berada di depannya.
'Lo bodoh, Al!! Kenapa sampe bisa lupa'
"Gue harus kasih tau ayah dan papa" Gumam Athala lagi dan berlari ke ruangan Edward.
"Ayah!" Panggil Athala.
Edward menatap sinis athala yang masuk seenaknya.
"Jika tidak penting persiapkan dirimu" Ancam Edward dengan nada dinginnya.
"Kita tidak bisa membuang banyak waktu lagi" balas Athala setelah menenangkan dirinya yang berlari dengan tergesa-gesa tadi.
"Apa?" Tanya Edward.
"Athael" Jawab Athala.
Edward terdiam selama beberapa detik kemudian berkata "Apa yang kamu dapatkan?" Tanya Edward.
"Aku memberinya gelang dengan bandul yang berisi pelacak" Jelas singkat Athala.
Mendengar jawaban Athala raut wajah Edward berubah "Hans" panggil Edward.
"Ya, Tuan" jawab Hans.
"Pergilah bersama athala dan beritahu lokasinya nanti" Perintah Edward.
"Baik, mari tuan muda" Hans.
Hans membawa pergi athala ke tempat khusus dimana hal yang berkaitan dengan teknologi. Tempat itu salah satu cabang dari perusahaan Edward.
Meskipun athael memakai gelang yang dipasang pelacak, masih membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menemukan lokasinya secara akurat. Dan setelah bekerja keras, akhirnya mereka menemukan lokasi athael saat ini.
Dengan instruksi langsung dari Edward, beberapa orang kepercayaannya yang ahli dalam penyusupan datang ke lokasi itu untuk membuktikan kebenarannya.
Setelah seharian penuh berita dari Hans datang dan tanpa membuang banyak waktu Edward pergi ke tempat itu langsung, di perjalanan ia sempat kan untuk memberitahu Nathan.
Ringgg~ Ringgg~
"Hallo?"
"Lokasi Athael sudah di ketahui"
"Apa! Baiklah aku akan segera kesana tunggu aku, Ed"
"Tidak"
"Tidak? bagaimana pun aku adalah papanya. Aku berhak mengetahui bagaimana keadaan anakku"
"Berbahaya dan athael bisa terkena imbasnya"
"Baiklah, kalau begitu hubungi aku saat semuanya sudah selesai"
Tutt~ tutt~
Nathan meremas ponsel di tangannya dan bergumam "Papa mohon bertahanlah sebentar lagi, el. Papa tunggu kamu pulang dan setelah itu impian Mu memiliki keluarga yang lengkap akan menjadi kenyataan"
Lokasi tempat athael berada adalah di sebuah gudang terbengkalai di daerah kumuh, sisi gelap dari ibukota yang jarang diketahui banyak orang. Tempat dimana semua kejahatan terjadi, Hal seperti pertarungan merupakan hal yang biasa di tempat ini.
"Tuan Muda, tuan berpesan agar tuan yang akan membersihkan area berhadapan langsung dengan dalang dari penculikan ini bersama dengan bawahan tuan yang lain dan tugas kita adalah menemukan dan membawa tuan muda athael bersama kita" Jelas Hans.
"Aku mengerti" Jawab tegas Athala.
Mereka berpisah tepat setelah turun dari mobil, Edward yang masih memasang wajah tanpa ekspresi dengan aura dingin di sekitarnya berjalan seperti biasa tepat menuju kedalan gudang terbengkalai itu.
Setelah berjalan selama beberapa menit, terlihat bayangan hitam muncul tepat di bawah kakinya kemudian terdengar sebuah suara tawa.
"Hahahahaha, bagaimana? Apakah kau puas dengan kejutan dari ku? Tak ku sangka ternyata kau mempunyai anak yang semanis itu" Teriak seseorang yang perlahan memunculkan dirinya kehadapan Edward.
"Kamu memang sampah yang tak bisa di daur ulang" ucap sarkas Edward mencoba menahan amarah saat athael di sebut.
"Apa kau bilang?" Seseorang itu termakan provokasi Edward yang berakhir emosinya meledak dan menyerang langsung ke arah Edward.
"Cukup, Ernest!" Tegas Edward sembari menangkis serangan seseorang yang ternyata bernama Ernest itu dan menahan pergelangan tangan Ernest di belakang punggungnya.
"Sial! Jika kau tidak segera melepaskan ku maka anakmu akan terancam" ancam Ernest.
Tanpa menjawab, Edward menekan Ernest ke bawah dan menginjak punggung Ernest masih dengan tangan yang menahan pergelangan tangan Ernest.
"Apa yang kalian lakukan? Cepat bawa anak itu kemari dan hentikan dia!" Perintah Ernest ke anak buahnya.
Setelah mendengar perintah tersebut beberapa orang keluar dari sudut yang tidak terkena cahaya dan menyerang Edward sampai Edward tidak mempunyai pilihan lain selain melepaskan Ernest.
"Kamu, tidak pernah berubah" ucap Edward dengan memandang datar Ernest.
"Justru kamu yang tidak berubah. Kamu selalu mengambil apa yang menjadi milikku entah itu orang tua atau bahkan Dhea omegaku" Jawab Ernest yang mulai menahan emosinya saat ingatan masalalu terlintas di benaknya.
"Kamu, bahkan tidak mencari tahu hal itu dan hanya menyimpulkannya" balas Edward masih dengan nada datar nya.
"Apa yang perlu aku cari lagi sedangkan kebenarannya sudah aku lihat sendiri?" Tanya Ernest.
Saat Edward akan kembali menjawab, ia melihat anak buah Ernest membawa athael ke hadapan Ernest. Edward terdiam dan mengeras kan rahang sampai terlihat urat-urat yang menonjol di lehernya saat melihat kondisi Athael.
"Lihatlah, bagaimana aku akan membalas kan dendam lama ini kepada anak omega mu, hahahahahaha" Ernest melihat ekspresi Edward yang berbeda dari biasanya tertawa kesenangan.
Edward yang kesal mengeluarkan handgun dan langsung membidik anak buah Ernest yang memegang Athael.
Dor
Dor
Saat Athael akan terjatuh, Muncul Athala dan Hans dari belakang dengan sigap menahan tubuh Athael.
Ernest yang tidak bisa mengikuti gerakan Edward yang terlalu cepat itu hanya terdiam syok, sampai tidak menyadari jika bukan hanya anak buahnya yang ter tembak tapi dirinya juga tepat di kedua kaki.
Edward mendekat dan berkata "Bawa Athael kerumah sakit, Hans" mengabaikan keberadaan Athala yang gagal membawa Athael sebelum ia di bawa kesini.
"Baik, tuan" Jawab Hans.
"Dan kau, Athala. Bereskan semuanya kecuali orang ini sebagai hukuman atas kegagalan mu" Dingin Edward menatap Athala dan menunjuk Ernest yang tergeletak di bawah merintih kesakitan.
Athala hanya terdiam tak menjawab, sebab ia sadar jika ia masih kurang kuat untuk menyelamatkan dan melindungi athael dengan tangannya sendiri.
"Bawa dia" Perintah Edward dan berlalu pergi dari tempat itu berniat menyusul Hans yang membawa Athael ke rumah sakit.
Sebelum menaiki mobil, ia menyuruh anak buahnya untuk menjemput Nathan dan membawanya ke rumah sakit tempat Athael di rawat. Yang jelas rumah sakit itu memang berada di bawah pengaruhnya agar ia bisa tenang jika athael tetap berada dalam jangkauan nya.