Bab 15
20 Dec, 2024,
No comments
Terlalu banyak yang tersembunyi dan terlalu banyak teka-teki. Tak bisakah hidup berjalan seadanya? Tapi jika mengatakan ingin hidup seperti orang lain, tidak tahu apakah yang di lihat itu benar-benar kenyataan.
Seperti apa hidup yang sempurna? Seperti apa hidup bahagia?
Apakah bersama keluarga? Sudah banyak kasus dimana keluarga saling membunuh demi harta. Tapi, memang keluarga adalah hal yang luar biasa. Keluarga itu seperti tiang yang menopang kehidupan. Setidaknya itulah sisi baik dari keluarga. Jangan sebutkan tentang mereka yang hancur, karena mereka hanya ikatan darah yang sama.
Terkadang bahagia itu sederhana, seperti harta jika berlebihan akan selalu terasa kurang. Tapi jika kurang bahkan sedikit pun akan penuh dengan rasa syukur.
Mungkin itulah yang membahagiakan, tentang bagaimana kita bersyukur menikmati apa yang ada dan tidak mengeluh karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
Penyesalan memang akan selalu ada, tapi setidaknya kita bahagia karena bersyukur telah diberi kesempatan untuk tetap ada didunia.
Ketika ingin menyerah tentang hidup, pertengkaran banyak orang yang rela mengeluarkan uang sampai puluhan miliar hanya untuk menambah waktu hidup 1 hari saja bahkan dengan temani rasa sakit. Tidakkah kamu bahagia karena sempurna? Kamu sehat, kamu bisa bernafas dengan normal, mata mu bisa melihat, kaki mu bisa berjalan, bibir mu bisa berucap, telinga mu bisa mendengar dan bahkan tangan mu masih bisa kamu gunakan.
Sudahkah kamu sadar jika kamu terlalu banyak mengeluhkannya? Bangkitlah dan rasakan hal yang lebih baik dari apa yang kamu rasakan sebelumnya. Dunia tidak sejahat itu jika kita bisa memandangnya dengan sudut pandang yang berbeda.
"Sial gue nangis baca ni artikel, kok bisa ngena banget ke sisi paling sensitif di hati gue. Gue ngerasa dulu pas jadi jihan gue terlalu banyak mengeluh dan menyesali nikmat yang gue rasakan. Gue bahkan lupa untuk bersyukur dan mau pas jadi jihan ataupun pas jadi athael keluarga gue masih memaklumi semua hal yang gue lakukan
Huwaa.... kebiasaan kalo nangis susah berhenti hiks..." Athael yang tengah rebahan di sofa ruang tengah rumahnya sambil menunggu sang papa pulang.
Bruk gedebruk
"EL! ADA APA?" Teriak Nathan yang datang dengan terburu-buru saat sampai di depan rumah ia mendengar teriakan athael.
"AYAH!" Teriak athael berbalik kemudian berlari sambil memeluk erat Nathan.
"Kamu kenapa, sayang? Cerita sama papa" Tanya Nathan dengan menatap sang anak yang masih memeluknya erat.
"Gak papa, cuma El bersyukur dilahirkan oleh papa. Papa makasih udah berjuang selama ini buat, El. Papa hebat bertahan sendirian dan bahkan ngurus El sampe sebesar ini.Papa El sayang papa dan sekali lagi terima kasih banyak papa" ucap el sambil menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Nathan menyembunyikan air mata yang terus saja menetes dari matanya.
Nathan terkejut mendengar ucapan sang anak. Ia berfikir betapa beruntungnya dia memiliki athael sebagai anak, meski sering kali ia kesal terhadap tingkahnya, tapi jika sedang mode seperti ia selalu saja merasa menjadi orangtua yang paling beruntung.
"Iya, Papa juga bersyukur El anak papa. Papa bangga sama kamu, papa bahagia. Papa juga merasa El hebat bisa bertahan sampai saat ini bersama papa. EL adalah hadiah terbesar yang tuhan kasih buat papa. Papa juga sayang El dan terima kasih buat El karena selalu hadir di samping papa" Nathan membalas pelukan athael dan mengecup lembut rambutnya.
Saat mencium rambut athael ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari bau athael, ia merasakan feromone yang familiar. Tiba-tiba Nathan membulatkan matanya terkejut, dan melepaskan pelukannya dari athael.
"El.. dengar papa Tanya sama kamu, tadi kamu habis ketemu sama siapa?" Tanya Nathan dengan mata yang menatap serius athael.
"I-itu.." gugup athael.
"Jawab papa Athael" tekan Nathan menuntut sebuah jawaban.
“Ma-maaf, seperti yang papa tau El ketemu sama dia” balas athael dengan menundukkan kepalanya.
Nathan terdiam sesaat karena syok sebelum dia menghela nafasnya.
"Hah... ya sudahlah mau bagaimana lagi. Papa percaya sama kamu, lebih kamu kembali ke kamar mu dan istirahat saja" ucap Nathan. Athael hanya bisa mengangguk dan menurut untuk pergi ke kamar dan beristirahat.
Nathan menghela nafasnya sebelum berkumpul "Hah...apalagi ini".
'Lihatlah dia begitu ketakutan saat aku bertanya padanya tadi. Mana tega aku memarahinya jika sudah seperti itu. Lebih baik aku bertanya besok dari melihatnya seperti itu' fikir Nathan yang sudah duduk di sofa di tempat athael rebahan tadi.
Ia menatap atap rumahnya dan berpikir dengan keras. Nathan tidak mau hal sama terulang kembali, setidaknya selama ia masih hidup ia tidak mau dipisahkan dari athael.