Bab 05
Setelah beberapa hari sibuk dengan rencana pindahannya, athael baru bisa kembali membuka sosial media diponselnya.
"Ternyata dia juga sekolah di IHS" gumam Athael saat melihat ruang chat nya dengan seseorang yang ia duga Athala.
"El, kamu lagi ngapain sih. Gercep dong, katanya mau sekolah di ibukota" Nathan menghampiri Athael yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Eh, iya pa.. bentar el bawa tas dulu" athael membalas ucapan Nathan dengan tangan yang mengambil tas di depan nya.
"Ayo, pa. Kita berangkat sekarang" Ajak athael mengabaikan Nathan yang tengah sibuk membenahi barang bawaan mereka berdua.
"ATHAEL!! Bantuin papa kek, liat nih masa barang kamu, papa juga yang bawa!" Nathan kesal melihat tingkah anaknya.
"Ehh.. el lupa, pa. Kirain barang-barang el udah ada di mobil" balas el dengan cengiran khasnya.
"Halah... alasan kamu, bilang aja males bawa" ucap Nathan masih dengan nada kesalnya.
"Hehe, itu papa juga tau. Tolong ya pa..." Ucap athael sembari mengeluarkan jurus puppy eyes.
"Ngga, ngga, ambil sendiri sana! Papa duluan, bye" Nathan yang lebih memilih menghindar dari melihat mata melas anaknya dengan langsung berjalan menuju mobil.
"Yah... papa gak asik ah" kesal athael berjalan mengambil barang-barang nya dengan kaki yang di hentak-hentakan.
Setelah beberapa saat akhirnya Nathan dan Athael pun sampai di tempat tujuannya.
"Bagaimana? Bagus bukan? Pilihan papa nihh" Tanya Nathan.
"Lumayan, daripada tidak sama sekali" jawab Athael dengan sengaja.
"Gak asik, kenapa kamu gak balik jadi kecil lagi aja sih. Dulu kamu nurut banget sama papa sekarang malah nyebelin minta ampun" Ucap Nathan sembari mendelik anaknya sendiri.
"Ya, kan papa sendiri juga begitu ke el. Kenapa papa gak berkaca terlebih dahulu?" El membalas ucapan Nathan dan langsung berlari masuk ke halaman rumah barunya meninggalkan Nathan yang terlihat emosi mendengar perkataannya.
"Dasar anak durjana kamu! ATHAEL TUNGGU PAPA!!" Teriak Nathan sebelum menyusul athael yang berlari kabur.
"Ha..ha.. asik juga tuh mancing emosi papa hahaha" ucap athael dengan sedikit mengatur nafasnya di awal sesaat setelah ia sampai di depan pintu rumah barunya.
Saat akan membuka pintu rumahnya, ternyata pintu tersebut masih terkunci.
"Lah.. ini gimana?" Tanya nya bingung.
Tuk
"Papa apaan sih, sakit tau lihat jidat el jadi merah" ucap kesal athael.
Saat athael masih bengong di depan pintu Nathan datang dan menyentil jidat athael karna kesal.
"Lebay kamu. Makanya jangan ninggalin papa. Ftt.." respon Nathan sembari menahan tawa nya.
"Papa kalo mau ketawa ya ketawa aja, males banget el liat muka jelek papa pas nahan tawa" ledek athael.
"Ye.. kalo papa jelek kamu juga jelek karena kamu lahir dari papa. Awas papa mau masuk, udah cape. Minggir sana jangan tidur di rumah papa" dengan iseng Nathan kembali menjahili athael.
Athael yang menyadarinya segera mengubah raut wajahnya.
'Sialan, gue gak mau kalah. Nihh rasain gimana muka malas gue yang selalu menang! Hahahaha' batin Athael tertawa dengan licik.
"Emm, papa" ucap athael dengan muka melasnya.
"Papa yakin mau ninggalin el di luar?" Tanya nya lagi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Uh..." Nathan mencoba mengalihkan pandangannya.
"Papa" ucap athael masih dengan muka memelasnya di tambah suaranya yang mulai bergetar.
'Fuahhhhahaahha muka papa ngakak banget hahahah' tawa nya dalem hati.
Nathan yang sudah tidak tahan lagi mengangkat tangannya dan menutupi muka athael dengan telapak tangannya.
"Uh.. lebay banget. Papa cuma minta kamu minggiran dikit, soalnya badan kamu ngalangin pintunya, el" balas Nathan.
"Kalo bukan anak sendiri udah papa buang kamu. Nurun dari siapa sih kok drama banget, heran" gerutu Nathan sembari membuka kunci pintu rumah itu.
Athael yang tak sengaja mendengar gerutuan Nathan pun kembali berucap "Kan el anak papa ya jelas Nurun dari papalah" athael tak mau kalah jadi dia membalikkan ucapan Nathan kepadanya tadi.
"Hahh.... sudahlah terserah kamu saja, papa capek" Nathan menghela nafas lelah dengan tingkah athael dan berjalan masuk ke rumah tersebut.
Athael yang juga merasa lelah tak membalas ucapan Nathan tapi ia mengikuti Nathan yang masuk kedalam rumah.
"Oh iya kamar kamu di lantai 2, itu yang warna pintunya beda. Cuma kamar itu yang baru di beresin" Ucap Nathan sebelum merebahkan badannya di sofa ruang tengah.
Athael hanya mengangguk, energinya habis jadi dia malas berbicara. Ia berjalan dan sampai di lantai dua rumah barunya, tak memerlukan waktu lama ia sudah menemukan kamar yang di maksud sang papa.
Bagaimana tidak? Pintu kamar itu berwarna Pink!
Suasana hati athael yang tadinya berbunnga bunga karena rumah barunya langsung anjlok saat melihat pintu yang berwarna dengan warna yang paling ia benci. Bukan benci sih hanya saja ia tidak suka dengan warna Pink.
Meskipun dulu di kehidupan sebelumnya ia adalah seorang wanita, ia juga memang tidak menyukai warna Pink. Ohh ayolah saat sebagai jihan saja kamarnya bernuansa biru. Banyak kaos di lemari nya berwarna hijau, biru dan hitam. Saking tidak sukanya ia tidak pernah memakai apapun berwarna Pink bahkan yang di belikan oleh orang tuanya.
Dan yang paling membuat mood nya anjlok karena ia tahu pasti papanya sengaja memberinya kamar seperti ini.
"Hahaha rasain" tawa Nathan dari bawah saat membayangkan muka kesal anaknya.
"Hah.. gak papa lah besok gue cat lagi aja tuh pintu"
Athael hanya bisa menghela nafas nya dan berjalan kedepan pintu itu.
"Tapi gue gak siap kalo ternyata di dalam kamar ini semuanya berwarna pink" ucapnya.
Athael ragu untuk membuka pintu itu. Dengan membulatkan tekadnya ditambah badannya yang sudah lelah. Ia pun membuka pintu kamar itu.
"Wahhhh, dugaan gue salah" gumamnya saat melihat kamar barunya yang luas bernuansa biru langit dengan campuran sedikit warna navy di beberapa titik.
Athael berlari ke depan pintu kamar lalu berteriak "MAKASIH PA, EL SUKA KAMARNYA!"
Nathan yang mendengarnya hanya tersenyum, ia tahu jika Athael tidak suka warna Pink. Itulah sebabnya ia sengaja mengecat pintu kamar athael dengan warna itu. Karena ia ingin membuat kejutan yang tak di sangka-sangka untuk anaknya.
Keesokan harinya, Nathan dan Athael sibuk menata rumah baru mereka sesuai dengan keinginan mereka.
"El kita besok beli peralatan dapur sama peralatan sekolah kamu. Oh iya sekalian papa antar kamu lihat sekolah barumu. Gimana kalo sekarang kita keliling komplek dulu?" Saran Nathan yang sedang duduk di sofa.
"Ayo pa, kalo bisa sih sekalian ke mini market depan jalan pa. El mau beli stok cemilan, boleh kan pa?" Tanya athael.
"Iya boleh, papa juga mau beli keperluan lain. Kita jalan kaki aja sekalian kenalan sama tetangga baru" ucap Nathan lagi.
"Boleh, ayo pa" Ajak athael.
Mereka berdua berjalan bersama menuju mini market, sesekali mereka berhenti dan menyapa penduduk sekitar seraya memperkenalkan diri mereka sebagai penghuni baru di komplek sana.
Saat sampai di mini market, Athael langsung saja mengambil keranjang dan mengisinya dengan semua cemilan yang ia inginkan.
"Pelan-pelan el gak papa larang kok asal jangan keseringan aja, paham?"
"Hehe, iya pa.. el hanya takut papa berubah pikiran terus jadi gak ngizinin el beli cemilan" ucap athael.
"Ngga lah, papa gak papa kok asal kamu inget batas aja dan gak lupa makan udah cukup buat papa. Kamu gak papa kan milih sendiri? Papa mau ngambil perlengkapan mandi sama bahan pokok lain" Tanya Nathan.
"Gak papa kok, pa. Lagian ini mini market bukan mall" balas Nathan.
"Iya nanti kalo papa lama tunggu di deket kasir aja" ucap Nathan sebelum berlalu meninggalkan Athael.
"Hehehe asik nihh bisa bebas pilih cemilan banyak-banyak" gumam athael kesenengan.
Dengan kesenangan ia mengambil semua jenis cemilan apapun itu yang ia lihat dan menurutnya menarik akan ia ambil.
Saking sibuknya memilih dan mengambil cemilan yang diingat yang diinginkannya sampai ia menabrak seseorang.
Duk
"Uch.. aww.."
Athael jatuh terduduk dengan beberapa cemilan yang diserahkan di sekitarnya.
Saat mendongkrak athael melihat sosok yang lebih besar darinya. Waktu terasa berhenti saat ia melihatnya, ia merasa familiar dengan wajah di depannya. Entah apakah itu hanya pikirannya saja atau ia memang mengenalnya.
Seseorang yang ia tabrak mengulurkan tangannya berniat membantunya untuk bangkit.
"Athala?" Ucap Athael dengan nada bertanya.
"?" Seseorang di depan athael hanya menatapnya bingung sembari meliriknya dari atas sampai bawah.
"Siapa?" Tanya orang itu.
"Ini gue, Athael. Orang yang ngechat lo di ig" jawab athael.
Ternyata benar, orang yang tak sengaja di tabrak athael adalah kembarannya sendiri, Athala.
Athala terkejut dengan jawaban athael. Pantas saja dari tadi ia merasa jika ia pernah melihat wajahnya.
"Wah... lo benar-benar mirip papa jika di lihat secara langsung" ucap athael dengan nada semangatnya.
"Papa?" Tanya athala yang bingung.
"Ah.. maksudnya papa gue dan mungkin papa lo juga" jawab athael lagi.
Athala hanya mengangguk, mengisyaratkan jika ia mengerti.
"Ah.. cemilan!" Ucap athael yang kembali mengingat cemilannya yang jatuh berserakan.
Athael segera mengambil semua cemilan yang berserakan itu, 'untung saja tidak rusak kan sayang belom gue makan' Batin athael.
Athala yang melihat jika cemilan yang jatuh lumayan banyak, tanpa bicara ia membantu athael mengambil cemilan itu dan menaruhnya di keranjang belanjaan athael.
Athael yang melihat itu mengucapkan terimakasih dan meminta maaf karena tidak sengaja menabraknya.
Athala menjawab hanya menganggukan kepalanya.
"Lo bisa manggil gue, EL. Btw lo tinggal daerah sini juga?" Tanya athael.
"Iya" balas athala.
"Kalo gue itu di komplek ujung jalan sini rumah nomor 231" jelas Athael.
"Lo jadi sekolah di IHS?" Tanya Athael lagi.
"Jadi" Jawab Athala.
Percakapan itu terus berlanjut dengan athael yang lebih dominan berbicara serta athala yang sesekali menjawab Athael.
"Ehh, lo tau? Gue berharap nanti kita satu kelas. Supaya gue bisa lebih mengenal lo. Kayaknya gue mulai nyaman deh sama lo. Gak tau kenapa" Ucap athael.
Athala hanya memandang athael yang sedari tadi berbicara panjang lebar.
"Al" ucap athala tiba-tiba.
"Hah? Apa?" Athael bertanya saat ia tak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan athala.
"Panggil gue, Al" ucap Athael lagi.
"Uwahhh, akhirnya lo ngomong lebih dari satu kata, Al" ucap lebay athael.
"El!" Panggil Nathan saat melihat el tengah mengobrol dengan seseorang.
"Ini pa!" jawab athael.
"Papa cariin dari tadi, malah asik ngobrol disini" ucap Nathan saat tadi melihat athael yang asik ngobrol.
"Hehe.. maaf pa el lupa kalo kesini sama papa" balas athael.
"Sana pamit dulu sama temen baru kamu. Papa tunggu di kasir, jangan lama! Papa udah mulai lapar nihh belom makan dari pagi" peringat Nathan yang sudah lelah karena keliling mencari athael dari tadi dan ia terlalu malas untuk basa-basi dengan anak muda biarkan saja mereka menikmati waktunya. Lagian ia baru kali ini melihat athael mengobrol dan ia bahagia dengan seseorang yang seumuran dengannya.
"Iya pa. Ini athael juga nitip cemilan punya athael ya" ucapnya menyerahkan keranjang miliknya.
"Iya.. inget jangan lama!" Ucap Nathan lagi sebelum benar-benar pergi meninggalkan athael.
Setelah kepergian Nathan, athael kembali menatap athala di sampingnya.
"Maaf gue belom bisa kasih tau papa. Lo tau sendiri mereka orang dewasa menyembunyikan semuanya dari kita secara rapat. Gue aja baru beberapa minggu lalu tau kalo gue punya kembaran itu pun karena beberapa hal juga" jelas athael.
Athala hanya mendengarkan penjelasan athael.
"Oh, iya mana ponsel lo? Sini gue kasih nomor gue biar kita bisa chatan lebih leluasa" athael dengan cepat merubah raut wajahnya.
Athala mengambil ponsel keluaran terbarunya, dan menyerahkannya kepada athael.
Setelah menerima ponsel athala, athael segera mengetikan nomor ponsel dirinya sendiri dan mencoba menelponnya.
Drtttt drttttt
Saat merasakan ponsel di sakunya bergetar, athael baru menekan tombol merah diponsel athala dan menyerahkan ponsel itu kembali ke pemiliknya.
"Nah.. kalo gitu gue balik duluan ya. Bye bye, Al" ucap athael berjalan meninggalkan Athala sembari melambaikan tangannya.
Athala melihat kepergian athael, senyum lembut terlihat dibibirnya entah apakah athala sendiri menyadari ataupun tidak.
'Sepertinya gue juga nyaman sama lo, El' batin Athala.