Bab 03
13 Dec, 2024,
No comments
Di sebuah taman yang luas terlihat seseorang yang tengah menangis sendirian. Siapa lagi kalau bukan Athael. Athael menangis dengan keras di taman yang sepi itu. Ia terus menggumamkan kata maaf dan papa sembari menghapus kasar air mata yang menetes dari matanya.
"Hiks.. hiks.. apa-apaan sih gue hiks.. kayak bocah hiks.. masa hiks.. gi-gitu doang hiks.. nangis.. hiks.." Ucap athael sembari sesegukan.
"Huwaaa.... kok gak hiks.. gak berhenti hiks..." ucapnya lagi masih dengan sesegukan.
"Papaa.. hiks.. maafin El..."
Tak jauh dari athael, terlihat beberapa remaja yang baru saja datang ke taman tempat athael menangis.
"Lo denger nggak?" Tanya remaja berkaca mata, sala satu dari 3 remaja itu.
"Apaan?" Tanya balik remaja bertopi di sebelahnya.
"Gue denger " balas sala satu remaja dengan lesung pipinya.
"Iyakan?" Tanya remaja berkaca mata itu memastikan.
"Apasih lo pada" kesal remaja bertopi yang tidak mengerti apapun.
"Kasih tau gue juga, elah" desak remaja bertopi dengan tak sabar.
Remaja berlesung pipi di sebelahnya mengisaratkan sang teman untuk diam "Sutss"
"Ck" Decak kesalnya
"Nah itu tuh" Tunjuk remaja berkaca mata yang sudah menemukan sumber dari suara yang di dengarnya.
"Samperin bar, kasian. Takut di culik mana lucu lagi" ucap remaja berlesung pipi sembari berjalan mendahului kedua temannya.
"Tungguin gue" remaja berkaca mata itu menyusul temannya yang berjalan terlebih dahulu.
"Lah.. gue ditinggalin" gumam kesal remaja bertopi.
Athael yang masih sibuk dengan usahanya untuk meredakan tangisannya sendiri tak mengetahui jika ada orang yang berjalan mendekatinya.
"Adek.. kok sendiri di sini?" Tanya remaja dengan lesung pipi.
'Apaan sih.. adek-adek gedean juga gue kalo umur gue di gabung' batin athael.
"Hiks.. hiks.. terus hiks... harus sama.. hiks.. siapa?" Masih dengan sesegukan Athael menjawab dengan nada sinis.
'AKHHHH LUCUNYA...' batin para remaja itu.
"Cup.. cup.. jangan nangis. Gimana kalo kakak ajak kamu jajan eskrim?" Tawar remaja berkacamata.
"El.. Athaell!" Teriak dimas di sebrang taman.
"Hiks.. Kak dimas!" Teriak athael sembari berlari meninggalkan ketiga remaja itu.
"Hahahahahahahha" ketawa remaja bertopi saat melihat kedua temannya.
"Rasain emang enak!" Ucapnya.
"Tunggu di situ! Biar kakak puter balik dulu!" Ucap dimas.
Athael yang mendengarnya hanya mengangguk mengiyakan.
Setelah memutar balikan motornya dimas mengajak athael naik "el mau jalan-jalan dulu gak?" Tanya dimas.
"Hiks.. mau kak" balas athael.
Dimas yang mendengar athael masih menahan tangis, menepikan motornya saat melihat mini market di depannya.
"Tunggu di sini, jangan kemana-mana" ucap dimas dan berlalu pergi masuk kedalam mini market.
Setelah beberapa saat menunggu athael melihat dimas kembali dengan membawa kantong plastik yang entah apa isinya.
"Nih, minum dulu dan ini eskrim, el bebas mau makan berapa" ucap dimas sembari menyerahkan air kemasan dan kantong plastik yang tadi ia bawa.
Athael dengan senang hati menerima semuanya.
"Te-hiks.. terimakasih kak hiks.." Ucap athael.
"Iya.. minum dulu gih" ucap dimas..
Athael hanya mengangguk lalu meminum air dalam kemasan yang di berikan dimas.
"Kak.. anterin el pulang aja" ucap el dengan pelan.
"El yakin? Gak jadi jalan-jalan sama kakak?" Tanya dimas.
Lagi lagi athael hanya menjawab dengan anggukan.
"Baiklah, kalo memang itu yang el mau" ucap dimas.
Tanpa basa-basi lagi dimas pun segera mengantarkan Athael pulang kerumahnya.
Saat sampai di rumah..
"Makasih kak" ucap athael.
"Iya sama-sama" balas dimas dan berlalu meninggalkan athael.
Kriettt~
Pintu utama rumah terbuka.
"El.." panggil Nathan saat melihat anaknya pulang.
Athael yang merasa di panggil pun menoleh ke tempat papanya berada.
Tanpa menjawab panggilan papanya, Athael berjalan menuju kamar nya.
"El.. maafin papa.. jangan benci papa... el..." ucap lirih Nathan saat athael melewati nya.
Setelah di kamar, athael merebahkan dirinya di atas kasur dan menyembunyikan kepalanya di bawah bantal, ia kembali menangis saat tak sengaja mendengar ucapan pelan sang papa.
"Maaf pa.. maafin El... yang egois itu el, bukan papa... maaf paa.. el sayang papa.. el gak benci sama papa..." ucapnya sembari air mata yang terus menetes dari matanya.
Tanpa disadari athael, Nathan yang berada tepat di depan pintu kamar mendengar jelas ucapan sang anak.
'Papa macam apa aku ini.. Hah.. setelah semua hal.. baru kali ini aku melihat athael menangis sampai seperti ini lagi.. pantas saja dari dulu athael tidak bertanya apapun, pantas juga athael selalu mengalihkan pembicaraan saat aku bertanya tentang teman di sekolahnya... ternyata dia mungkin lebih dewasa dari pada aku yang notabennya adalah orang tuanya' Pikir Nathan.
Pintu kamar terbuka perlahan dan Nathan masuk kedalam kamar athael.
"El..." panggil Nathan dengan lembut. Nathan mendekat dan duduk di atas kasur tepat di samping athael yang menyembunyikan wajahnya di bantal.
"El gak usah bangun.. dengarkan saja, papa mau bicara sesuatu" ucap Nathan sembari mengusap sayang kepala sang anak.
"Mungkin ini sudah saatnya kamu mengetahui semuanya. Papa sebenarnya adalah seorang omega laki-laki sekaligus orang yang melahirkan mu. Kamu kembar dan mempunyai kakak kembaran mu, namanya Athala. Ia bersama dengan ayah mu yang lain. Papa gak tau dimana mereka, tapi yang jelas papa gak mau kamu ketemu mereka. Papa takut mereka merenggut kamu seperti dulu mereka merenggut athala, kakakmu dari papa. Itu alasan papa gak mau kamu keluar kota mana pun. Untuk alasan kamu yang tidak mirip dengan papa, itu karena kamu mirip dengan ayah mu yang lain. Dia seorang alpha dan juga blasteran Eropa. Mungkin suatu saat nanti kamu akan bertemu dengannya dan juga kakak mu. Dan mungkin saat duduk di sekolah menengah atas kamu akan mengerti apa itu Alpha dan Omega.
Terakhir, maaf.. maafkan papa.. maaf atas segalanya.. maaf karena kamu terlahir menjadi anak papa, maaf karena papa menyembunyikan semua hal ini.. maaf maafkan papa ell.. jadi papa mohon jangan benci apalagi pergi dari hidup papa... hanya kamu satu-satunya yang papa punya saat ini ell" jelas Nathan dengan air mata yang menetes dari matanya.
Athael yang dari tadi mendengarkan, ia bangun dari tidur nya dan langsung memeluk Nathan.
"Papa... gak salah apapun. Maafin el yang bertindak seenaknya. El sayang papa, el gak akan pernah ninggalin papa. Papa segalanya untuk el. Maafin El pa.. jangan nangis hiks.. kalo papa nangis el juga ikutan nangis kan.. hiks.." Ucap athael yang kembali menangis.
Mendengar perkataan anaknya, Nathan membalas pelukan itu dengan erat. Seolah jika melepaskan nya maka athael akan menghilang entah kemana.
"Baiklah.. maukah el berjanji tidak akan meninggalkan papa apapun yang terjadi?" Tanya Nathan.
"Iya.. el mau hiks.. el janji.." jawab Athael.
Nathan tersenyum dengan lembut sembari mengusap punggung anaknya dengan sayang. Athael yang merasakan usapan di punggungnya merasa nyaman dan tak lama ia pun terlelap tidur masih dalam pelukan Nathan.
Nathan menatap jauh langit di luar jendela dengan linglung.
"Athael memang duplicate dari mu, mas. Itu pun jika sikapmu dulu saat athala dan athael masih di dalam perutmu. Sikap manjanya, sikapnya menyembunyikan sesuatu sampai akhirnya nya meledak dan sikapnya yang tertidur saat merasa nyaman. Jika di tanya penampilan nya, itu 100% mirip denganmu mulai dari rambut, mata, hidung, bibir dan lainnya. Hahh... aku gak tau apa athala juga sama seperti athael?" Ucap lirih Nathan dengan tangan yang masih mengusap lembut athael.