Bab 04
16 Sep, 2024,
No comments
"Ini sudah 2 hari berlalu mas tapi kenapa haelfa belun bangun juga?" Tanya jayden dengan nada yang terdengar sedikit bergetar saking khawatirnya.
"Sayang.. tenang.. kamu tenang dulu, kalo kamu panik anak-anak juga bakal ikut panik. Tadi kan kata dokter juga hael anak kita baik-baik saja. Dia hanya perlu istirahat" jonathan terus mencoba menenangkan sang suami.
"Tapi.. tapi.. Haelfa anakku mas.. aku tak tega melihat dia yang biasa nya hyperaktif kini hanya terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Aku rindu suara, tawa dan kenakalannya. Rumah selalu terasa ramai saat ada haelfa. Tapi, 2 hari ini dia tak sadarkan diri. Mas aku takuttt, aku takutt haelfa pergi.." jayden menumpahkan semua perasaan yang telah ia tahan sejak tadi.
"Mas tau, mas juga merasakannya. Bukan hanya kita, jeano, jemian dan teman-temannya juga merasakan itu semua. Jadi, kamu harus kuat. Kamu gak mau kan kalo haelfa pas bangun nanti liat papanya sedih karena dirinya?"
Jayden menggelengkan kepalanya mendengar ucapan jonathan.
Tanpa mereka berdua sadari, jeano dan jemian tengah berada tepat di depan pintu ruangan rawat Haelfa. Karena pintu yang tidak tertutup dengan rapat, mereka mendengar semua percakapan kedua orang tuanya.
Setelah selesai mendengar percakapan itu, mereka saling memandang satu sama lain dengan pandangan yang sulit di artikan. Entah itu sedih? kecewa? Penyesalan? Atau bahkan semuanya? Entahlah tidak ada yang mengetahuinya.
Mereka pergi keluar dengan pikiran yang runyam. Tak lama setelah melangkah tanpa arah jeano dan jemian sampai di sebuah taman rumah sakit, mereka berdua mendudukan diri di sebuah kursi yang tersedia di sana.
"Gw nyesel gak tiba lebih awal" lirih jeano. "Gw gagal jaga dia" lirih jemian berbarengan.
"Hahhhh" mereka berdua menghela nafas, berharap beban pikirannya mengurang.
"Bener kata papa, tanpa Haelfa rumah berasa kuburan" ungkap jeano.
"Gw gak akan membiarkan haelfa terluka lagi, sedikit pun tidak akan pernah" timbal jemian.
"Gw juga" ucap jeano dengan tekad yabg menggebu-gebu.
-----------------------
23:28
"Emhhh.." leguh haelfa yang masih terbaring itu.
Dengan perlahan ia membuka kedua kelopak matanya.
"Ha-haus.." ucapnya terbata dengan suara pelan.
Orang yang menjaganya saat ini adalah si kembar jeano dan jemian.
Jemian yang duduk di dekat ranjang pasien haelfa menoleh kala mendengar suara kecil haelfa.
"Hael.. kamu udah sadar, sayang? Mau apa? Biar kakak ambilkan?" Ucap jemian dengan terburu-buru.
"Ha-haus" jawab haelfa masih dengan terbata, ia merasa ternggorokannya sangat kering hingga sulit untuk berbicara.
"Bentar, kakak ambilkan"
Jemian pun mengambil sebuah gelas dan membantu haelfa bangun dari tidurnya agar tidak tersedak saat minum.
Setelah minum haelfa tiba-tiba terisak, ia kembali teringat kejadian saat ia di culik.
"Hiks..hiks.. jangan.. jangan sentuh hael... hiks.. hael mohon... hiks" teriaknya saat jemian akan mendekatinya.
Jeano yang tertidur di sofa ruang rawat inap itu pun terbangun kala mendengar teriakan haelfa.
"Hael sayang.. kamu sudah bangun dek" ucapnya dengan sedikit syok.
"Haell abang kangen kamu, lain kali jangan tidur terlalu lama abang takut" ucap jeano lagi sembari berlari memeluk haelfa.
Tapi, bukannya tenang haelfa semakin menjerit histeris, ketakutan.
"Hiks.. hiks.. hael gak mau... hael gak mau... sakit... sakit... hiks.. papaa... sakit......" Lagi, haelfa semakin menjerit, meraung-raung kesakitan dan memberontak dari pelukan jeano.
Jeano membeku masih dengan memeluk haelfa. Jemian yang melihat itupun segera menarik jeano mundur dan menekan tombol darurat di samping nya.
Setelah sadar dari keterkejutannya, jeano berlari kwluar ruangan dan berteriak memanggil dokter.
"DOKTER!! DOKTER!!" teriaknya di lorong rumah sakit seperti orang yang kesetanan.
Ia menarik tangan seorang perawat dengan sedikit terlalu kencang hingga membuat perawat itu sedikit merintih kesakitan.
"Aw"
Tanpa memperdulikan perawat yang di tariknya, dengan seenak jidatnya jeano menyuruh pelayan itu memanggil seorang dokter ke ruangan sang adik.
"Panggilkan dokter sekarang juga!" Titah nya dengan nada menyeramkan menurut perawat itu.
Perawat tadi hanya bisa melaksanakan perintah jeano dengan pasrah dan segera berlari ke tempat dokter berjaga.
__________________________